Purwakarta, 16 Oktober 2024 - Dalam kegiatan Rabu revitalizer yang diadakan untuk seluruh santri di SMA dan MA Al-Muhajirin Pusat, DR. M. Aroka Fadli, M.Ag, selaku guru di MA Al-Muhajirin Pusat, menyampaikan pentingnya ilmu dan keteraturan dalam kehidupan santri. Dalam ceramahnya, ia menegaskan bahwa tugas manusia saat hidup adalah untuk diuji siapa yang paling banyak dan baik amalnya, sebagaimana dijelaskan dalam ajaran Islam.
Menurut beliau, hidup tidak bisa hanya dijalani dengan beralasan atau asal-asalan. Keteraturan dan keseimbangan merupakan ciri utama dari ciptaan Allah yang patut dipelajari dan diikuti oleh para santri. Salah satu cara mencapai keteraturan ini adalah melalui mengaji, yang tidak hanya menjadi aktivitas rutin, tetapi juga pintu terbesar untuk meraih berkah dari Allah SWT.
Beliau juga mengingatkan bahwa melakukan hal-hal kecil namun berkualitas lebih baik daripada melakukan banyak hal tanpa nilai. Pesan ini diberikan agar para santri memahami pentingnya konsistensi dalam setiap tindakan mereka, terutama dalam belajar dan mengaji. "Ilmu itu saling berhubungan," tambah DR. M. Aroka Fadli. Setiap bagian dari ilmu yang dipelajari di pesantren akan saling melengkapi satu sama lain, dan santri harus menguasainya dengan baik dan penuh tanggung jawab.
DR. M. Aroka Fadli juga mengingatkan bahwa siapa pun yang belajar dengan asal-asalan akan menyesal di kemudian hari, karena penyesalan selalu datang di akhir. Pesan ini menjadi dorongan bagi para santri untuk lebih bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu di pesantren.
Beliau juga mengutip QS. Al-Mulk ayat 1-2, yang menegaskan bahwa Allah-lah yang menguasai kehidupan dan kematian, mengingatkan bahwa hanya Allah yang berkuasa atas segala sesuatu. Dengan itu, manusia diharapkan untuk selalu berserah diri dan memperkuat keimanan mereka melalui pengamalan ilmu yang telah dipelajari.
Lebih lanjut, kisah seorang santri tentang pengajar mereka di pesantren yang kagum dengan kepemimpinan Kyai juga diceritakan. Hubungan antara guru dan santri dijelaskan sebagai hubungan yang sangat istimewa, di mana penghormatan dan ketulusan menjadi kunci. Seorang guru, menurut santri, adalah figur penting yang tidak tergantikan, kecuali oleh Syekh atau Ulama besar lainnya.
Dalam konteks keagamaan, dikutip dari Al-Qur'an, bahwa Allah-lah yang menciptakan kehidupan dan kematian (QS. Al-Mulk: 1-2). Hal ini menunjukkan bahwa hanya Allah yang berkuasa atas segala sesuatu, dan manusia hanya dapat berserah diri kepada-Nya. Bahkan teknologi secanggih apapun tidak akan mampu menciptakan kehidupan baru, sebagaimana yang Allah kehendaki.
Dengan pemahaman ini, santri di pesantren diajak untuk terus memperdalam ilmu mereka, selalu mengaitkannya dengan pengamalan sehari-hari, dan tetap bersungguh-sungguh dalam berusaha. Hal ini menjadi bagian dari pembentukan karakter yang diharapkan dapat membawa mereka menuju keberkahan di dunia dan akhirat.
Tinggalkan Komentar