Menelusuri Hikmah di Balik Sebab-Akibat dalam Perspektif Islam: Kekuatan Tauhid di Tengah Kausalitas Duniawi
Pada kajian rutin hari Rabu 07 Agustus 2024, KH. Akhmad Muhaimin, S.Ag.,menyelami tema mendalam yang menghubungkan iman dengan realitas keseharian: "Islam dan Kausalitas/Sebab Akibat". Kajian ini menawarkan wawasan yang memperkuat keyakinan akan Tauhid, serta mengingatkan kita akan posisi Tuhan dalam setiap proses yang terjadi di alam semesta.
Memahami Kausalitas dalam Islam
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Ma'idah ayat 76:
قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا وَاللَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
"Katakanlah: Mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak pula memberi manfaat? Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Ayat ini mengajak kita merenungi peran Tuhan sebagai satu-satunya sumber kekuasaan dan kendali atas segala sesuatu, termasuk sebab dan akibat yang sering kita anggap sebagai hukum alam yang pasti.
Islam mengajarkan kita untuk mengambil langkah yang logis dalam kehidupan, seperti berobat ketika sakit atau menjauhi hal-hal yang berpotensi membahayakan. Namun, di balik semua itu, kita diingatkan bahwa “sebab” itu sendiri tidak memiliki kekuatan tanpa izin dari Sang Maha Pencipta. Sebagaimana api tidak dapat membakar Nabi Ibrahim AS ketika Allah SWT berfirman:
قُلْنَا يَانَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ
"Hai api, dinginlah dan selamatkanlah Ibrahim!" (QS. Al-Anbiya: 69).
Tauhid di Tengah Kehidupan Sehari-hari
KH. Akhmad Muhaimin menekankan bahwa sebagai umat Islam, kita harus tetap berpegang teguh pada prinsip Tauhid, bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan atas segala sesuatu. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ، وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ المَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الأَسَدِ
"Tidak ada penularan penyakit, tidak ada Tathoyur (Tahayul), dan tidak ada bulan Safar yang membawa kesialan. Jauhilah yang berpenyakit kusta seperti kamu menjauhi singa." (HR. Bukhari).
Hadits ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, baik itu penyakit, kesialan, atau keberuntungan, tidaklah berdiri sendiri tanpa kehendak Allah. Ketika seorang badui bertanya kepada Rasulullah SAW tentang unta sehat yang tiba-tiba menjadi sakit setelah bercampur dengan unta borok, Nabi menantangnya dengan pertanyaan balik:
فَمَنْ أَعْدَى الأَوَّلَ؟
"Lalu siapa yang menulari unta yang pertama?"
Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu terjadi dengan izin Allah, bukan karena sebab semata.
Sikap yang Bijak dalam Menghadapi Kausalitas
Sebagai umat yang beriman, kita dianjurkan untuk selalu bertawakal kepada Allah dalam setiap tindakan yang kita lakukan. Islam mengakui adanya sebab-akibat, namun kita diajarkan untuk tidak terjebak dalam kepercayaan bahwa sebab tersebut memiliki kekuatan mutlak. Sebaliknya, kita harus selalu mengaitkan segala sesuatu dengan kehendak Allah.
Ketika menghadapi situasi sulit, KH. Akhmad Muhaimin mengingatkan kita untuk menghindari prasangka buruk, hasad (iri), dan tahayul. Tiga hal ini adalah jebakan yang bisa merusak iman dan hubungan kita dengan Tuhan. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk menjauhi segala bentuk prasangka dan tetap berprasangka baik kepada Allah, bahkan dalam situasi yang tampaknya penuh dengan sebab-sebab negatif.
Penutup:
Kajian ini mengajak kita untuk merenungi betapa besar kekuasaan Allah atas segala sesuatu. Dalam setiap tindakan kita, dari hal kecil hingga besar, kita diingatkan untuk selalu mengaitkan segala sesuatu dengan kehendak Allah dan menjaga keyakinan bahwa di balik setiap sebab, ada kehendak Sang Pencipta yang Maha Kuasa. Mari kita terus memperkuat Tauhid kita, sehingga setiap langkah yang kita ambil menjadi ibadah yang penuh berkah.
Tinggalkan Komentar